Articles
DOI: 10.21070/iiucp.v1i1.591

Youth Positive Capacity Training 5c ​​(Competence, Confidence, Connection, Character, Caring) for Malang Regency Teachers


Pelatihan Kapasitas Diri Positif Remaja 5c (Competence, Confidence, Connection, Character, Caring) Bagi Guru Kabupaten Malang

Indonesia
Universitas Airlangga, Surabaya
Indonesia
Positive Youth Development Teachers Youth Positive Self Capacity Training

Abstract

Teachers in schools play an important role as companion students who are in the stage of adolescent development to be able to undergo their development period positively. Positive youth development can be done by providing them with good knowledge and abilities in managing their 5Cs (Competence, Confidence, Connection, Character, Caring). The understanding and ability of teachers in assisting students to direct student development in a positive manner is important because students are in school every day for eight hours. A total of 59 junior high school teachers in Malang Regency were given material on positive youth development. Pre and post-tests were given to measure changes in teacher efficacy in assisting the positive development of adolescents. As a result, there was an increase in the average score between the pre-test and post-test. Future studies can consider a longer time interval in providing pre-test and post-test activities.

Pendahuluan

Masa remaja sebagai masa transisi kehidupan manusia di masa kanak-kanak menuju kedewasaan adalah tahapan perkembangan yang dipenuhi dengan badai dan stres, dimana remaja mengalami perubahan baik dari segi biologis (fisik dan hormonal) maupun dari segi sosial (identitas diri, peran sosial, dan pergaulan) [1]. Perkembangan remaja dalam pandangan psikologi positif mengedepankan sudut pandang pengembangan kapasitas diri positif yang dimiliki, daripada fokus untuk “memperbaiki sebuah masalah” pada diri manusia. Dalam konteks perkembangan remaja di ranah psikologi positif kemudian muncul sebuah aliran perspektif yang biasa disebut dengan perkembangan remaja positif (Positive Youth Development, PYD). Dalam penggunaannya, PYD kemudian dikenal dengan konsep 5C, yang terdiri dari Competence, Confidence, Connection, Character, dan Caring/Compassion [3]. Phelps dan rekan-rekannya [4] kemudian menjelaskan Competence atau kompentensi sebagai “memiliki kemampuan positif di dalam sebuah area yang spesifik, misalnya di bidang sosial, kognitif, akademik, dan kemampuan vokasional”. Kemudian Confidence atau rasa percaya diri yang dimaksud adalah kemampuan remaja untuk menunjukkan rasa keberhargaan-diri (self-worth) yang cukup baik dan juga mampu menunjukkan efikasi diri yang baik pula. Connection atau koneksi dapat diwujudkan melalui relasi yang konstruktif dan mendukung, melalui orang-orang dan institusi-institusi seperti sekolah, keluarga, dan teman sebaya. Sementara Character atau karakter yang dimaksud adalah menghargai peraturan, dan memahami makna “benar dan salah” [3]. Phelps dan rekan-rekannya [4] mendefinisikan Caring atau kepedulian sebagai memiliki rasa simpati dan empati kepada orang lain.

Dalam konteks perkembangan remaja, peran guru di sekolah pada dasarnya sangat penting untuk dapat mendorong remaja menjalani perkembangan yang positif. Sekolah menjadi saluran sosialisasi hidup yang penting bagi remaja karena remaja menghabiskan rata-rata waktu delajam jam di sekolah. Sekolah juga menjadi tempat penting bagi remaja mengembangkan kemampuan dirinya karena pada masa remaja, individu mulai berusaha mengembangkan dan membentuk identitas dirinya secara mandiri [6]. Dalam konteks ini guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang psikologi remaja dan menguasai berbagai kemampuan untuk dapat menjadi pendamping remaja menuju perkembangan yang positif [7]. Sayangnya beberapa penelitian menunjukkan kemampuan guru dalam perannya sebagai sumber pengetahuan, informasi, dan model bagi pengembangan karakter anak didik juga masih belum berkembang (Nursalim, 2017; Kamaruzzaman, 2017). Paparan di atas menjadi landasan bagi upaya meningkatkan pemahaman dan kemampuan guru untuk mendampingi remaja mengembangkan diri secara positif, khususnya bagi guru-guru yang berada di wilayah Kota Blitar. Tujuan tersebut dicapai dengan melaksanakan kegiatan Mengembangkan Kemampuan Positif Siswa Melalui Pelatihan Kapasitas Diri Positif Remaja 5C (Competence, Confidence, Connection, Character, Caring) Bagi Guru di Kabupaten Malang.[2];[5]

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini ditujukan untuk mengukur program pelatihan kapasitas diri positif remaja 5c (competence, confidence, connection, character, caring) bagi guru di Kabupaten Malang. Partisipan diajak untuk mengikuti program pelatihan kapasitas diri positif remaja 5c (competence, confidence, connection, character, caring) bagi guru. Hasilnya, sebanyak 59 guru (Laki-laki=23; Perempuan=36) di Kabupaten Malang menjadi partisipan penelitian ini. Partisipan merupakan guru dengan mata pelajaran yang beragam seperti Bahasa Indonesia (N=7), Bahasa Jawa (N=2), Bahasa Inggris (N=7), Bimbingan Konseling (N=3), IPS (N=8), IPA (N=7), PPKn (N=5), Matematika (N=7), Seni Budaya (N=3), Pendidikan Agama Kristen (N=1), Mulok 2 (N=1), Penjaskesor (N=3), Pendidikan Agama Islam (N=3), dan Prakarya (N=2). Pre-test dan post-test digunakan untuk mengevaluasi kegiatan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Efikas Guru dalam Mengembangkan kemampuan positif siswa. Skala tersebut memiliki item sebanyak 20 item. Analisis data dilakukan menggunakan paired sample t-test dengan bantuan program SPSS 22.00 for Windows.

Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata antara rata-rata skor pre-test (X=68,7; SD=7,1) dengan rata-rata skor post-test (X=69; SD=7,9). Hasil analisis juga menunjukkan adanya hubungan antara skor pre-test dengan skor post-test (R=0,870; p<0,05). Pada analisis paired sample t-test, dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dan post-test (p >0,05).

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pre-test 68.7179 39 7.14492 1.14410
Post-Test 69.0769 39 7.89865 1.26480
Table 1. Paired Samples Statistic
- N Correlation Sig.
Pre-test & Post-Test 39 .870 .000
Table 2. Paired Sample Statistic

Hasil penelitian di atas memberikan wacana baru mengenai peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam mengarahkan siswa pada perkembangan yang positif. Program pelatihan kapasitas diri positif remaja 5c (competence, confidence, connection, character, caring) bagi guru di Kota Malang dapat meningkatkan efikasi guru dalam mengembangkan kemampuan positif siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan rata-rata. Akan tetapi, perbedaan skor pre-test dan post-test tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara nilai pre-test dan post-test (R=0,870). Berdasarkan koefisien korelasi yang dihasilkan, dapat diketahui pula besar koefisien determinasi (R2) antara nilai pre-test dan post-test (R2=0,756). Koefisien determinasi sebesar 0,756 menunjukkan bahwa skor pre-test memberikan pengaruh sebesar 75,6% terhadap skor post-test, sedangkan 24,4% lainnya diprediksi oleh variabel lain. Hubungan kuat yang terjadi antara skor pre-test dan post-test dapat disebabkan oleh pendeknya rentang waktu antara pemberian pre-test dan post-test. Ketika peserta mengerjakan post-test, peserta masih dapat mengingat penyataan-pernyataan yang didapatkan dan jawaban-jawaban yang diberikan pada pre-test.

Figure 1. Paired Sample Test

Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema Mengembangkan Kemampuan Positif Siswa Melalui Pelatihan Kapasitas Diri Positif Remaja 5C (Competence, Confidence, Connection, Character, Caring) Bagi Guru di Kota Malang telah terlaksana dengan lancar dan dinamis dengan hasil peningkatan efikasi guru dalam mengembangkan kemampuan positif siswa.

Ucapan Terimakasih

Universitas Airlangga khususnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. SMPN 2 Kasembon yang terbuka menjalin kerjasama dengan Universitas Airlangga. Guru SMP di beberapa wilayah di Kabupaten Malang yang terlibat dalam kegiatan. Partisipan penelitian. Seluruh team pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat yang telah membantu kegiatan

References

  1. Arnett, J. J. (1999). Adolescent Storm and Stress, Reconsidered. American Psychologist, 54, 317-326.
  2. Badan Pusat Statistik Kota Blitar. (2020). Proyeksi Penduduk Kota Blitar Per Kelompok Umur 2010-2020. Retrieved from Badan Pusat Statistik Kota Blitar: https://blitarkota.bps.go.id/site/resultTab
  3. Bowers, E., Li, Y., Kiely, M., Brittian, A., Lerner, J., & Lerner, R. (2010). The Five Cs model of positive youth development: A longitudinal analysis of confirmatory factor structure and measurement invariance. Journal of Youth and Adolescence, 720-735.
  4. Phelps, E., Zimmerman, S., Warren, A., Jelicic, H., Von Eye, A., & Lerner, R. (2009). The structure and developmental course of positive youth development (PYD) in early adolescent: Implications for theory and practice. Journal of Applied Developmental Psychology, 571-584.
  5. surya.co.id. (2019, Desember 27). 15 Remaja Kota Blitar Ketangkap Basah Mabuk di Taman, Ada Juga yang Bermesraan. Retrieved from surya.co.id: https://surabaya.tribunnews.com/2019/12/27/15-remaja-kota-blitar-ketangkap-basah-mabuk-di-taman-ada-juga-yang-bermesraan
  6. Taylor, R. D., Oberle, E., Durlak, J. A., & Weissberg, R. P. (2017). Promoting positive youth development through school‐based social and emotional learning interventions: A meta‐analysis of follow‐up effects. Child Development, 88(4), 1156-1171.
  7. Weissberg, R. P., & O’Brien, M. U. (2004). What works in school-based social and emotional learning programs for positive youth development. The Annals of the American Academy of Political and Social Science, 591(1), 86-97.