The condition of the COVID-19 pandemic continues, so people have started looking for information about COVID-19, including students. Students seek information about the pandemic from various media and the information they are looking for is varied. The purpose of this study was to investigate how student health literacy search behavior, especially regarding the media most widely used to search for pandemic information and the type of information that students are looking for. The research method is descriptive quantitative analysis by providing a scale in the form of an online survey using Google Form. This study also uses the Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS). Research respondents were 534 students of the Muhammadiyah University of Surakarta (UMS) who came from eleven faculties. Based on data from respondents, the three most widely used media to find information are television, social media, and internet browsing. Meanwhile, what is less widely used are journals, information from other people, news, and seminars. The topics most sought after by students were information on the development of the COVID-19 case, how to prevent it and the characteristics of being infected with COVID-19, areas of spread, and search for the COVID-19 vaccine. The results of this study can be used as a basis for designing effective COVID-19 pandemic education, especially for students.
Saat ini seluruh dunia sedang berhadapan dengan virus yang dapat mengancam nyawa, yang dikenal dengan nama COVID-19 atau di Indonesia juga dikenal dengan Virus Corona. Virus COVID-19 sendiri merupakan virus corona jenis baru yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 (BNPB, 2020). WHOmenjelaskan bahwa COVID-19 belum ditemukan vaksin. Pada umumnya gejala terinfeksi COVID-19 mulai dari batuk, pilek, sakit tenggorokan, jika tidak diberi penanganan yang tepat dapat menyebabkan infeksi paru-paru hingga mengakibatkan kematian. COVID-19 menjadi topik hangat di seluruh dunia, tak sedikit masyarakat yang mengakses informasi mengenai COVID-19 ini dengan tujuan pencarian informasi yang berbeda-beda.Informasi memiliki arti yang sama dengan pengertian data yaitu suatu hal yang sangat berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan dan perlu diolah terlebih dahulu.[7] Teknologi informasi dikaitkan dengan suatu proses alat bantu dalam pengolahan data. Penjelasan tersebut menunjukan bahwa media informasi merupakan layanan penyedia pengolahan data yang bertujuan untuk memudahkan pengambilan keputusan seseorang [8].Perkembangan sumber informasi saat ini tidak hanya didapatkan melalui media massa secara tradisional seperti media cetak, namun juga bisa didapatkan melalui media digital. Dikatakan digital, karena segala bentuk pengelolaan data dan cara penyimpanan informasi dengan sistem penomoran elektronik. [9]. Media informasi online merupakan sarana pencarian informasi melalui jaringan internet yang dapat memudahkan masyarakat. Media sosial sebagai sarana yang dapat di akses oleh masyarakat umum dalam mendapatkan beragam informasi, berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi [6].
Sistem kesehatan nasional sebagai bagian dalam sistem manajemen, pengelola, dan penyedia informasi seputar kesehatan seperti administrasi dan kebijakan kesehatan, yang bertujuan untuk mendukung tingginya tingkat kesehatan masyakat [1]. Banyak perusahaan khususnya pada bidang kesehatan membagikan informasi mengenai COVID-19 melalui beragam macam media seperti majalah, koran, jurnal, website, dan sosial media. “The WHO later made an announcement that it would be working closely with social media platforms and search engine companies like Facebook, Google, Pinterest, Tencent, Twitter, TikTok, YouTube, among others, to deter the spread of rumors and misinformation.” WHO bekerja sama dengan beberapa perusahaan sosial media untuk menyediakan informasi yang sebenarnya agar tidak menimbulkan penyebaran informasi palsu yang akan berdampak buruk. Beberapa perusahaan sosial media yang sudah menyetujui adalah, Google, YouTube, Facebook, Twitter, Pinterest, TikTok, Tencent, dan lainnya [3].
penularan virus COVID-19 mulai tersebar ke berbagai negara, penyebaran tanpa disadari mempengaruhi perubahan perilaku yang hampir dialami setap individu yaitu perilaku pencarian informasi COVID-19. pencarian informasi merupakan perilaku yang bertujuan menemukan solusi dari pemecahan masalah berdasarkan fakta [4]. Tipton dan Donohew (1981) dalam Bajari [1] menjelaskan dua jenis masyarakat dalam mencari informasi, pertama, masyarakat yang mencari informasi dengan strategi berfokus luas atau mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi yang diinginkan setelah itu diseleksi informasi mana yang paling akurat. Kedua, masyarakat yang mencari informasi dengan strategi berfokus sempit atau berfokuskan pada satu sumber yang dituju lalu dikembangkan dengan informasi yang lain hingga mencapai tingkat kepuasan informasi yang diinginkan. Pencarian informasi menurut teori Ellis terdiri dari enam tahapan, yakni: 1) Mengawali pencarian data atau informasi yang diinginkan; 2) Merangkai informasi dengan situasi berdasarkan sumber yang didapatkan; 3) Menelusuri sumber informasi secara lebih terarah; 4) Mengklasifikasikan pencarian informasi secara lebih detail untuk mendapatkan informasi yang lebih berkualitas; 5) Melihat bagaimana perkembangan informasi yang dituju dari sumber yang telah dipilih; 6) Penggalian informasi yang diperlukan saja [11].
Pencarian informasi kesehatan atau COVID-19 yang dilakukan tersebut memiliki istilah lain dalam bidang kesehatan yaitu literasi kesehatan. Di era abad 21 ini literasi kesehatan menjadi suatu isu yang berkembang di mana ini berkonsekuensi langsung dengan edukasi kesehatan [12]. Generasi Z atau generasinya mahasiswa pada saat ini tidak mempercayai berita yang ada didalam jaringan internet, hal ini dikarenakan tidak adanya kontrol dan berita bisa ditulis dan langsung diunggah [10]. Hal ini berbeda dengan televisi di mana sebelum diberitakan, terdapat kontrol dalam berita sehingga mengurangi risiko adanya berita palsu. Tidak hanya sosial media saja, hal ini juga berlaku pada pemberitaan diinternet, terutama situs web dan google sehingga tidak jauh berbeda alasan dengan sosial media. Ada hal yang kurang jelas pada jawaban responden di mana hanya menjawab berita saja, karena untuk saat ini berita tidak hanya di televisi, tetapi sosial media, situs web dan google juga bisa didapatkan berita sehingga literasi kesehatan ini sebagai fokus dalam penelitian mengenai bagaimana mahasiswa mengakses informasi mengenai pandemi COVID-19. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan fakta dari survei di mahasiswa sehingga kami mengetahui apa saja yang dilakukan mahasiswa dalam mencari informasi yang berhubungan dengan kesehatan. Penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi siapa saja baik para akademisi maupun masyarakat yang ingin meneliti tentang literasi kesehatan, terutama mengenai pandemi COVID-19 yang infonya terus berkembang hingga artikel ini ditulis.
Metode penelitian adalah kuantitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terbuka. Responden penelitian ini adalah mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Davis, dan McCormack (2010) menjelaskan literasi kesehatan memiliki hal yang berkaitan erat dengan edukasi kesehatan kepada masyarakat. Menurut Berkman dalam Mackert, Mabry-Flynn, Champlin, Donovan, Pounders [13] literasi kesehatan ialah bagaimana orang memperoleh, memahami, menggunakan, dan berkomunikasi tentang informasi kesehatan untuk keputusan yang diinformasikan. Seorang individu bisa diklasifikasikan dalam tingkat baik atau buruk dalam level literasi kesehatannya, [14].
Perilaku mencari informasi tersebut berkaitan dengan teori psikologi yang dikenal dengan hierarki Maslow atau teori kebutuhan dasar Maslow. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dibagi menjadi 5 bagian, kebutuhan biologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Penelitian ini akan membahas mengenai kebutuhan rasa aman yang menjadi kebutuhan dasar manusia akan rasa aman dan terbebas dari rasa takut, cemas atau tertekan, dengan adanya hukum, batasan, dan aturan maka seseorang akan terpenuhi rasa amanannya [5]. Kebutuhan rasa aman tersebut mendorong manusia untuk melakukan pencarian informasi apapun untuk memenuhi rasa keamanannya. Kebutuhan akan suatu informasi timbul karena adanya kesenjangan dalam pengetahuan yang dimiliki maka akan membuat sesorang melakukan perilaku pencarian informasi sebagai pemenuhan kebutuhan informasi [2].
Karakteristik Responden
No. | Jenis Kelamin | Persentase | |
1 | L | 24.5% | |
2 | P | 68.3% | |
Total | 100% |
No. | Fakultas | Persentase | |
1. | Agama Islam | 1.2% | |
2. | Ekonomi dan Bisnis | 8.7% | |
3. | Farmasi | 5.9% | |
4. | Hukum | 7.3% | |
5. | Ilmu Kesehatan | 9.7% | |
6. | Kedokteran | 0.3% | |
7. | KedokteranGigi | 0.2% | |
8. | Keguruan dan Ilmu Pendidikan | 17.2% | |
9. | Komunikasi dan Informatika | 6.6% | |
10. | Psikologi | 24.7% | |
11. | Teknik | 10.4% | |
12. | Tidak Diketahui | 0.5% | |
Total | 100% |
Perilaku Pencarian Informasi
No. | Fakultas | Persentase | |
1. | Berita | 1% | |
2. | Internet | 27.3% | |
3. | Jurnal | 0.1% | |
4. | Lainnya | 0.6% | |
5. | Media Sosial | 37.2% | |
6. | Orang Lain | 1% | |
7. | Seminar | 0.3% | |
8. | Semua | 0.1% | |
9. | Televisi | 31.5% | |
10. | Tidakada | 0.2% | |
11. | Tokoh Masyarakat | 0.6% | |
Total | 100% |
Data dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa wabah COVID-19 ini membuat banyak masyarakat melakukan pencarian melalui media sosial, berdasarkan jawaban terbanyak responden dalam melakukan pencarian informasi dengan berbagai media seperti TV sebanyak 31,5%, Sosial media (Instagram, Twitter, Facebook, dan Whatsapp) 37,2%, Internet sebanyak 27,3%. Banyak perusahaan khususnya pada bidang kesehatan membagikan informasi mengenai COVID-19 melalui beragam macam media seperti majalah, koran, jurnal, website, dan sosial media [3].Dapat diketahui bahwa responden telah melakukan pencarian informasi mengenai COVID-19 melalui beragam media online maupun massa. WHO juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan sosial media untuk menyediakan informasi yang sebenarnya agar tidak menimbulkan penyebaran informasi palsu yang akan berdampak buruk. Beberapa perusahaan sosial media yang sudah menyetujui adalah, Google, Youtube, Facebook, Twitter, Pinterest, TikTok, Tencent, dan lainnya [3]. Sejak informasi mengenai COVID-19 di Wuhan, Cina, membuat perusahaan di bidang kesehatan termasuk WHO melakukan kerja sama dengan media penyedia informasi seperti sosial media, website, media cetak, dan jurnal dalam menyediakan beragam informasi kesehatan dan mengurangi adanya pemalsuan informasi yang disediakan.[7]
No. | Sumber Informasi | Jumlah | |
1. | Kasus | 60.2% | |
2. | Informasi Daerah Zona Penyebaran | 14.7% | |
3. | Informasi Kesehatan | 7.6% | |
4. | Vaksin | 6.9% | |
5. | Tidak Mencari | 5.0% | |
6. | Dampak | 1.8% | |
7. | Informasi Berakhirnya Covid-19 | 1.6% | |
8. | Informasi Pendidikan | 1.3% | |
9. | Lainnya | 0.8% | |
10. | semua | ||
TOTAL | 100% |
Berdasarkan data kuiseoner juga ditemukan responden melakukan pencarian informasi terhadap perkembangan jumlah pasien Covid-19 sebanyak 34,1%, bagaimana cara pencegahannya dan ciri-ciri terinfeksi COVID-19 sebanyak 1%, daerah penyebaran sebesar 9,2%, pencarian mengenai vaksin COVID-19 sebanyak 5,6%, dan mahasiswa yang tidak mencari informasi COVID-19 sebanyak 3,1%. Menurut teori Abraham Maslow manusia perlu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dibagi menjadi lima bagian, kebutuhan psikologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan aktualisasi diri. Penelitian ini akan membahas mengenai kebutuhan keamanan yaitu kebutuhan dasar manusia akan rasa aman yang terbebas dari rasa takut, cemas atau tertekan, dengan adanya hukum, batasan, dan aturan maka seseorang akan terpenuhi rasa keamanannya. [5].
Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa telah melakukan pencarian informasi kesehatan mengenai COVID-19 mulai dari perkembangan jumlah pasien, informasi daerah penyebaran, protokol kesehatan, vaksin, dampak COVID-19, dan perkiraan kapan berakhirnya COVID-19. Berdasarkan data tersebut mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta telah melakukan pencarian literasi kesehatan dalam memenuhi kebutuhan informasi, hal ini didukung dengan hasil penelitian Berkman, Davis, dan McCormack (2010) dalam Mackert, Mabry-Flynn, Champlin, Donovan, Pounders [13]. Literasi kesehatan ialah bagaimana orang memperoleh, memahami, menggunakan, dan berkomunikasi tentang informasi kesehatan untuk keputusan yang diinformasikan. Kemudian dipaparkan oleh Rababah, Al-Hammouri dan Drew [14] bahwa seorang individu bisa diklasifikasikan dalam tingkat baik atau buruk dalam level literasi kesehatannya. Di era abad 21 ini literasi kesehatan menjadi isu yang berkembang dimana ini berkonsekuensi langsung dengan edukasi kesehatan [12]. sehingga literasi kesehatan ini menjadi fokus dalam penelitian ini mengenai pengaksesan informasi oleh mahasiswa mengenai pandemi COVID-19.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta melakukan pencarian informasi dalam literasi kesehatan mengenai COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan informasi setiap individu, dapat dilihat dari tabel pencarian informasi berdasarkan jawaban responden tiga media yang paling banyak dituju untuk mencari informasi adalah Televisi, Sosial media (Instagram, Twitter, Facebook, dan Whatsapp), dan melalui media Internet. Sementara yang kurang digunakan adalah Jurnal, informasi dari orang lain, berita, dan seminar. Pencarian mahasiswa terbanyak mengenai informasi perkembangan, bagaimana cara pencegahannya dan ciri-ciri terinveksi COVID-19, daerah penyebaran, pencarian mengenai vaksin COVID-19, dan terdapat beberapa mahasiswa yang tidak mencari informasi COVID-19. Berdasarkan data tersebut mahasiwa Universitas Muhammadiyah Surakarta telah melakukan pencarian literasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan informasi.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah swt atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan pada peneliti sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini tanpa halangan yang berarti. Peneliti sadari penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan tidak akan selesai tanpa doa, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Adapun dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: Dr. Usmi Karyani, S.Psi, M.Si dan Dr. Lusi Nuryanti, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berkenan untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan naskah publikasi, Student Mental Health & Well-being Support (SMHWS), Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberi kesempatan untuk menjalankan kerjasama dengan peneliti sehingga penelitian ini bisa dilakukan, Ucapan terimakasih juga peneliti berikan kepada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta selaku responden yang telah berkeknan untuk mengisi kuesioner dari google form sehingga peneliti bisa mendapatkan data untuk kepentingan penelitian ini.