Adaptation is a process of individuals who are constantly trying to find, cope with stresses, and challenges in life that involve mental responses and human behavior in an attempt to overcome urges. These drives are an impulse to need from within. This study aims to determine the relationship between patience and self-adjustment of the new students of Pondok Pesantren Manba'ul Hikam Sidoarjo. This research is a type of quantitative research with a correlational approach. The population of this study was the new santri of Manba'ul Hikam Sidoarjo Islamic Boarding School, with a sample of 102 new students who were taken using saturated sampling technique. Methods of data collection using a Likert model of psychology scale, namely the scale of patience (35 items, a = 0.945) and a scale of self-adjustment (31 items, a = 0.892). The data analysis used is the analysis with Pearson Product Moment correlation technique using the SPSS 20 for windows program. The results showed a positive relationship between patience and adjustment to new students at the Manba'ul Hikam Islamic Boarding School Sidoarjo with a correlation coefficient of 0.147 with ρ = 0.040 (ρ <0.05). The correlation coefficient value shows that there is a significant positive relationship, meaning that the higher the patience, the higher the adjustment. Conversely, the lower the patience, the lower the adjustment. Patience provides an effective 3% contribution to adjustment.
Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan manusia. Dengan pendidikan, manusia mempunyai keterampilan, pengetahuan dan kebiasaan yang kemudian dapat diturunkan dari genersi ke generasi melalui pelatihan dan pengajaran. Di Indonesia pendidikan di atur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Berdasarkan peraturan tersebut, pendidikan terbagi menjadi empat, yaitu pendidikan usia dini, dasar, menengah dan tinggi [7].
Salah satu lembaga pendidikan yang menjalankan dan mewujudkan perkembangan sistem pendidikan nasional adalah pondok pesantren [12]. Tujuan pendidikan dalam pondok pesantren tidak sebatas memperkaya pikiran peserta didik, melainkan untuk belajar meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai agama dan kemanusiaan, mengajar sikap dan perilaku yang bermoral dan menyiapkan peserta didik untuk hidup sederhana dan memiliki hati yang bersih. Pondok pesantren dalam menjalankan sistem pendidikan memiliki perbedaan dengan sekolah formal pada umumnya. Pendidikan yang dijalankan pondok pesantren mewajibkan peserta didik atau yang lebih dikenal dengan sebutan santri untuk tinggal dilingkungan pondok pesantren.[6];[11] Adanya kewajiban untuk tinggal dilingkungan pondok pesantren, menjadi tantangan bagi santri yang belum pernah tinggal jauh dari orangtua mereka. Sehingga membutuhkan penyesuaian diri agar santri dapat belajar dan tinggal di pondok pesantren dengan baik. Menurut Schneiders penyesuaian diri merupakan proses yang dijalani individu yang berhubungan dengan respon mental dan perilaku manusia, untuk mengatasi dorongan-dorongan dari dalam diri individu agar diperoleh kesesuaian antara tuntutan dari dalam diri individu maupun dari lingkungan sekitar individu [4].
Santri yang tidak terbiasa jauh dengan orangtuanya dan selalu mengandalkan orang tuanya disetiap aktivitas yang dilakukan, akan sedikit mengalami kendala saat menjalani kehidupan di pondok pesantren [12]. Karena dilingkungan pondok pesantren akan berbeda dengan kehidupan yang dijalani sebelumnya, seperti pergantian teman dan bertambahnya teman-teman baru yang berbeda. Proses menemukan teman baru di lingkungan pondok pesantren sebagai awal dari pembelajaran santri baru. Masalah penyesuaian diri santri baru menjadi tantangan disetiap lembaga pondok pesantren, agar proses belajar santri dapat terlaksana dengan baik. Kasus yang baru terjadi di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, dimana tiga orang santri kabur dari pondok pesantren karena kurangnya penyesuaian diri pada lingkungan pondok pesantren (Prasetyo, 2019).
Berdasarkan dari wawancara bahwa terdapat permasalahan terkait penyesuaian diri santri baru di pondok pesantren, seperti santri baru yang melanggar peraturan seperti tidak mengikuti kegiatan mengaji, sholat berjamaah, membawa handphone. Berdasarkan wawancara tersebut, penulis menemukan kurang lebih 32 santri merasa tidak sanggup bertahan dilingkungan pondok pesantren bahkan masih ada juga santri yang pulang kerumah tanpa sepengetahuan pengurus pondok pesantren. Ada pula santri yang masih teringat kebiasaan dirumah yang orangtuanya selalu memberikan apa saja yang diinginkan. Ada juga santri yang bertengkar dengan santri yang lainnya. Hal-hal seperti itu sesuai dengan aspek-aspek penyesuaian diri yaitu kematangan intelektual dan kematangan sosial. Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri menurut Scheneider diantaranya keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan lingkungan, agama serta budaya [4]. Dari kelima faktor penyesuaian diri tersebut terdapat salah satu faktor yang lebih ditekankan dalam pondok pesantren yaitu agama serta budaya, dimana dalam pesantren lebih menekankan pada ilmu agama yang selalu santri dapatkan setiap saatnya dalam kajian dipondok pesantren. Santri diajarkan untuk mempraktekkan ajaran-ajaran yang ditekankan dalam agama islam. Salah satu ajaran tersebut adalah kesabaran.[1]
Menurut Mulyadi [9], kesabaran merupakan kemampuan individu dalam menyalurkan semangat yang konstan dan tekun sampai terwujudnya visi atau keinginan yang diharapkan. Seseorang yang memiliki kesabaran akan selalu mempertimbangkan setiap keputusan yang akan ia ambil. Individu yang memiliki kesabaran juga dapat mendorong dirinya untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.[14].Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesabaran dengan penyesuaian diri pada santri baru di pondok pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kesabaran dengan penyesuaian diri. Semakin tinggi kesabaran maka semakin tinggi penyesuaian diri. Sebaliknya, semakin rendah kesabaran maka semakin rendah penyesuaian diri.
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional terkait kesabaran dengan penyesuaian diri pada santri baru di pondok pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo. Penelitian korelasi yaitu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mencari hubungan atau pangaruh satu variabel dengan variabel lain [2]. Subjek penelitian merupakan 102 santri baru yang diambil menggunakan teknik sampling jenuh dari Pondok Pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo. Penulis melakukan analisis materi berpedoman pada teori psikologi dimana sumber materinya diperoleh melalui literatur buku maupun jurnal yang terkait penelitian ini. Kesabaran merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam menghadapi permasalahan yang diterima, dan kemampuan mengendalikan, mengarahkan dan mengatur pikiran perasaan dan tindakan. penyesuaian diri merupakan proses individu yang terus menerus berusaha menemukan, mengatasi tekanan, dan tantangan dalam hidup yang melibatkan respon mental dan perilaku manusia dalam usahanya untuk mengatasi dorongan-dorongan. Dorongan-dorongan tersebut merupakan dorongan akan kebutuhan dari dalam diri. Pengumpulan data dilakukan melalui dua skala psikologi yaitu skala kesabaran dan skala penyesuaian diri dengan menggunakan model skala likert. Analisis data dengan menggunakan Product Moment Pearson. Cara penghitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows.
Hasil uji normalitas pada output uji Kolmogorov-Smirnov pada Table 1 menunjukkan nilai signifikansi (p) uji normalitas skala kesabaran sebesar 0,407 dan skala penyesuaian diri sebesar 0,865 yang berarti lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data kesabaran dan penyesuaian diri berdistribusi normal.
Tabel 1. Uji Normalitas | |||
PD | Kesabaran | ||
N | 102 | 102 | |
Normal Parametersa,b | Mean | 77,78 | 90,82 |
Std. Deviation | 9,435 | 12,724 | |
Most Extreme Differences | Absolute | ,059 | ,088 |
Positive | ,059 | ,086 | |
Negative | -,059 | -,088 | |
Kolmogorov-Smirnov Z | ,599 | ,890 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | ,865 | ,407 | |
a. Test distribution is Normal. | |||
b. Calculated from data. |
Sedangkan berdasarkan Table 2. hasil uji linieritas diperoleh hasil Linierity F sebesar 4,758 dengan nilai signifikansi 0,033< 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data kesabaran dan penyesuaian diri memiliki kolerasi yang linier.
Tabel 2. Uji Linieritas | |||||
F | Sig. | ||||
PD * Kesabaran | Between Groups | (Combined) | 2,443 | ,001 | |
Linearity | 4,758 | ,033 | |||
Deviation from Linearity | 2,382 | ,001 | |||
Within Groups | |||||
Total |
Berdasarkan Table 3. dibawah dapat diketahui bahwa hasil koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,147 dengan nilai signifikansi sebesar 0,040< 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan penulis diterima yakni terdapat hubungan positif antara kesabaran dengan penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi kesabaran maka semakin tinggi penyesuaian diri santri baru pondok pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo. Sebaliknya semakin rendah kesabaran maka semakin rendah penyesuaian diri santri baru pondok pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo.
Correlations | |||
PD | Kesabaran | ||
PD | Pearson Correlation | 1 | ,174* |
Sig. (1-tailed) | ,040 | ||
N | 102 | 102 | |
Kesabaran | Pearson Correlation | ,174* | 1 |
Sig. (1-tailed) | ,040 | ||
N | 102 | 102 | |
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). |
Berdasarkan Table 4. Sumbangan efektif variabel X yakni kesabaran terhadap penyesuaian diri adalah sebesar 3 %. Hasil ini diperoleh dari R Square yaitu sebesar 0,030 x 100% = 3 %. Hal ini berarti bahwa pengaruh kesabaran terhadap penyesuaian diri sebesar 3 %. Sisanya yaitu 78% dipengaruhi variabel lain.
Model Summary | |||||
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | |
dimension0 | 1 | ,174a | ,030 | ,021 | 9,338 |
a. Predictors: (Constant), Kesabaran |
Santri baru dimaknai sebagai peserta didik pada tingkat awal yang menempuh pendidikan di lingkungan pondok pesantren. Perbedaan santri dengan siswa, yaitu santri harus tinggal di lingkungan pondok pesantren sedangkan siswa tinggal bersama keluarga. Santri yang biasanya dirumah bergantung pada orangtua, setelah ia tinggal dipondok pesantren ia diharuskan untuk mandiri. Begitu pula dengan santri baru, adanya perubahan antara bergantungnya santri baru dengan orangtua sebelumnya, maka dalam lingkungan pondok pesantren diharuskan untuk mandiri [5]. Salah satu aspek dari kesabaran yaitu memiliki sikap teguh. Dimana santri baru yang memiliki kepastian akan standart dan teguh pada pendirian dalam menuntut ilmu, serta memiliki penilaian yang realitistik terhadap keterbatasan dalam dirinya dan lingkungan disekitarnya, akan lebih mudah dalam mengontrol dirinya untuk mampu beradaptasi pada lingkungannya. Jika santri memiliki pendirian teguh dalam menempuh pendidikan, maka ia akan berusaha mengelola rintangan atau hambatan yang ada, dan menjadikannya lebih siap serta mampu menyesuaikan diri.
Aspek kesebaran selanjutnya adalah tabah. Sebagian besar santri baru telah memiliki ketabahan hati dalam mencapai tujuan dan kuat menghadapi cobaan dan tantangan selama belajar dipondok pesantren. Namun masih ada beberapa santri yang mengaku masih belum nyaman tinggal di pondok pesantren. Santri baru yang memiliki daya juang tinggi dalam mencapai apa yang dicita-citakan akan mampu mengelola tingkat stresnya dan secara berlahan akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Aspek terakhir dari kesabaran yaitu tekun. Santri yang tekun akan memiliki rencana-rencana yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citanya. Sehingga meraka akan berusaha mengelola rintangan yang dihadapi khususnya selama menjadi santri baru dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok. Santri yang tekun, dalam bersikap dan bertindak akan selalu terarah. Sehingga akan terfokus pada tujuan yang diinginkan.
Hasil penelitian selaras dengan pendapat Fauzia & Halimah (2015) dimana santri yang memiliki kesabaran dalam hidupnya, akan senantiasa berusaha mengontrol dirinya dalam mengadapi rintangan selama menjadi santri baru. Sebagian besar santri baru dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok pesantren. Terkait demikian, kesabaran akan menghasilkan keadilan serta kesimbangan hidup bagi santri di pondok pesantren. Adanya kesabaran tersebut, akan membuat santri lebih siap dan mampu menyesuikan diri. Ketatnya jadwal kegiatan bagi santri disetiap harinya membuat beberapa santri mengeluh karena belum terbiasa. Kesabaran akan menghasilkan keadilan serta keseimbangan hidup. Dibutuhkan kesabaran agar santri baru secara perlahan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pondok pesantren. Kesabaran tidak sebatas pasrah total dengan keadaan yang dialaminya, dan tindakan pasrah hanya dilakukan oleh orang-orang yang bodoh. Kesabaran datang melalui pengetahuan terkait sebab akibat situasi itu dapat terjadi, dan upaya atau langkah yang harus diambil untuk menyelesaikan permasalahan tersebut (Fauzia & Halimah, 2015).
Variabel kesabaran dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri sebesar 3%, sisanya dipengaruhi variabel lainnya. Variabel lain yang mempengaruhi penyesuaian diri yang pertama yaitu efikasi diri seperti penelitian dari Fitri & Kustanti [3] yang berjudul Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik Dengan Penyesuaian Diri Akademik Pada Mahasiswa Rantau Dari Indonesia Bagian Timur Di Semarang. Variabel lain yang kedua yaitu kesejahteraan psikologis seperti penelitian Wulandari [15] yang berjudul Hubungan Antara Kesejahteraan Psikologis Dan Penyesuaian Diri Siswa Kelas X SMK Santa Maria Jakarta. Variabel lain yang ketiga yaitu regulasi diri, seperti pada penelitian dari Isnaini [8] yang berjudul Hubungan Antara Regulasi Diri Dengan Penyesuaian Diri Santri Pondok pesantren Di Surakarta. Variabel lain yang terakhiryaitu pengungkapan diri seperti penelitian Nadlyfah & Kustanti [10] yang berjudul Hubungan Antara Pengungkapan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa Rantau Di Semarang.
Limitasi dari penelitian ini yaitu pengisian skala dilakukan tanpa adanya peneliti, peneliti menyerahkan kepada pengasuh pondok pesantren. Sehingga bisa saja informasi yang diberikan kepada subjek dalam proses pengambilan data melalui skala kurang sesuai. Hal tersebut bisa saja terjadi karena perbedaan anggapan, pemikiran, serta pemahaman. Untuk mengatasinya peneliti diharuskan mendampingi subjek dalam pelaksanaan pemberian skala hingga pengisian skala. Pernyataan aitem pada skala kesabaran kurang menggambarkan penjelasan dari kesabaran itu sendiri, sehingga bisa saja menyebabkan pengaruh kesabaran terhadap penyesuaian diri kecil yaitu 3%. Nantinya pada saat pembuatan skala lebih diperhatikan lagi penjelasan dari kesabaran. Penelitian hanya dilakukan pada santri baru pondok pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo, dimana kesabaran dan penyesuaian diri masih dapat terjadi pada santri lama. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya peneliti dapat menggunakan seluruh santri baru maupun santri lama.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara kesabaran dengan penyesuaian diri santri baru Pondok Pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo dengan koefisien korelasi 0,147 dengan ρ=0,040 (ρ<0,05). Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi kesabaran maka semakin tinggi penyesuaian diri, sebaliknya semakin rendah kesabaran semakin rendah penyesuaian diri. Kesabaran memeberikan sumbangan efektif sebesar 3% dalam mempengaruhi penyesuaian diri, sementara 97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bagi santri baru yaitu bagi yang sudah mampu menyesuaikan diri diharapkan mempertahankan, sedangkan bagi yang belum mampu menyesuaikan diri diharapkan meningkatkan kesabarannya dengan niat menjalankan sesuatu karena Allah SWT. Bagi pondok pesantren diharapkan dapat meningkatkan atau membenahi penyesuaian diri dan kesabaran melakukan kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan kesabaran santri, misalnya melalui puasa sunnah, berdzikir, membaca Al-qur’an. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperkaya variabel yang memungkinkan dan berkaitan dengan penyesuaian diri.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan jurnal penelitian dengan judul Kesabaran dan Penyesuaian Diri Pada Santri Baru Di Pondok Pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo. Terutama kepada Pimpinan Pondok Pesantren Manba’ul Hikam Sidoarjo KH. Muh. Salim Imron.