This research is in order to find and improve the factors that play a role in improving individual academic motivation. Several factors such as personality and religiosity are associated with academic motivation. This study refers to several literatures, namely, Asghar Hazrati-Viar, et.al (2012), the relationship between personality and academic performance, Abbott (2012) which shows a relationship and parenting style with good student academic achievement. There is a relationship between personality, religiosity, and student academic motivation. This research uses quantitative survey techniques with several measurement scales according to the variables to be measured, personality uses the Myers-Briggs test from Quenk (2009), religiosity with the RRHM scale from Herlina et.al (2016), measurement of academic motivation from Vallerand (1992) . Distribution of questionnaires with online purposive sampling to 47 respondents who are international students (Asia, Middle East, Europe-America). Data analysis with correlation, independent t test. The result of this research is that there is a significant positive relationship between religiosity and student academic motivation with a correlation of 0.687 and there is a significant difference between personality types and student academic motivation. This research is expected to provide results for factors that support student motivation and academic achievement and can be a reference for efforts to improve student achievement in Indonesia and internationally.
Motivasi merupakan hal yang diperlukan dalam menggerakan kehidupan kegiatan. Suatu dorongan yang mengarahkan individu untuk bertingkah laku tertentu dengan tujuan tertentu. Sebagaimana penelitian Sri Rahmania yang menyatakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara motivasi dengan prestasi kerja. Semakin tinggi motivasi semakin tinggi prestasinya. [15]. Perlunya melihat dan meningkatkan faktor bagi motivasi akademik khususnya di perguruan tinggi. Psikologi well-being diperlukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tidak hanya fisik melainkan jiwa perlu mendapat perhatian. Kemajuan dan perkembangan zaman ini seyogyanya menjadi kemajuan pula dalam aspek lainnya misalnya psikis.[2] Berbagai kasus kegersangan jiwa dalam kemajuan teknologi telah banyak contoh kasus. Misalnya, di negara teknologi maju seiring pula dengan perilaku bunuh diri yang meningkat. Tetapi di lain pihak, dengan tidak adanya perilaku bunuh diri tiadalah berarti tidak ada kemajuan teknologi.
Penelitian E.M. O’Mara et al. menunjukkan bahwa eksperimen longitudinal yang dilakukannya terhadap efek self enhancement terhadap well-being seseorang baik kultur timur maupun barat level yang tinggi pada self enhancement akan semerta-merta pada kualitas well-being seseorang. Self enhancement merupakan bagian tak terpisahkan dari aktualisasi kepribadian manusia yang berbeda setiap orangnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan sementara dalam penelitian ini adanya hubungan antara kepribadian dengan well-being seseorang. [6] Hubungan antara kepribadian dengan pencapaian akademik seseorang dibuktikan penelitiaan Asghar Hazrati-Viar, et.al, adanya kontribusi karakter kepribadian seseirang dengan performa akademik.Hal ini ditelisik dengan mengaitkan tiap tipe kepribadian dengan performa akademik. Tipe kepribadianconscientiousness dan openness lah menurut hasil penelitian ini yang menunjukkan performa akademik yang baik dan peranan motivasi juga sebagai mediator dalam hubungan tipe kepribadian dengan performa akademik.[3]
Kemampuan self efficacy yang baik juga dapat diprediksi meningkatkan sukses akademik, hal ini sejalan dengan penelitian Meral, et.al [9] yang menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menghadapi segala tugas yang ada, dengan segala usahanya menunjukkan akademik performa yang cemerlang.[9] Terkait dengan well-being, adanya pengaruh antara gaya hidup seseorang dengan psikologi well-being seseorang demikian Ozpolat, et.al menyebutkan dalam penelitiannya. Dengan gaya expectation-lah yang diprediksi meningkatkan psikologi well-being seseorang. Selanjutnya mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dengan kesuksesan akademik.[11] Dehyadegary, et.al dalam penelitiannya menyebutkan bahwa adanya korelasi positif antara pola asuh yang autoritatif dengan kesuksesan akademik, adapun pola asuh yang permisif memprediksi negative terhadap kesuksesan akademik. [5] Tambahan pula dalam penelitian Abbott bahwa kesuksesan akademik pada remaja dipengaruhi oleh bagaimana hubungan dan pola asuh keluarganya. Apabila hubungan dan pola asuh yang baik maka ditunjukkan dengan prestasi akademik yang baik pula. [1]
Selanjutnya hubungan antara kepribadian dengan penguasaan bahasa asing yaitu merujuk kepada penelitian Shirley, yang menyatakan ada kaitan antara kepribadian dengan kemampuan bahasa seseorang. Karena dengan kepribadian ini berkaitan pula dengan motivasi belajar dan gaya belajar sehingga menentukan pemahaman yang baik atau sebaliknya. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah ingin mengetahui: Motivasi akademik mengacu pada proses internal yang memicu dan menopang aktivitas yang bertujuan untuk mencapai tujuan akademik tertentu. Para pakar menyebutkan bahwa motivasi akademis bersifat multidimensi, dan terdiri dari tiga jenis motivasi global: motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan motivasi. Memeriksa hubungan antara motivasi akademik dan prestasi akademik, satu perspektif yang tampak sangat menjanjikan dan relevan untuk studi tentang hubungan antara motivasi akademik dan prestasi akademik adalah pendekatan motivasi Deci dan Ryan - SelfDetermination Theory (SDT ). [13;14]
Myers-Briggs Type Indicator Myers-Briggs Type Indicator yaitu salah satu cara untuk mengenal tipe kepribadian manusia atau sebagai tes untuk memahami kepribadian manusia, yang bersumber dari teori psikologi. Teori ini dirumuskan oleh Katherine Briggs dan Isabel Myers dengan menerapkan teori Jung. [10] MBTI mengandung 4 skala utama yang digunakan untuk mengukur kecenderungan seseorang, yaitu:
Extrovert– Introvert (E – I)
Indeks ini untuk mengetahui energi yang ada pada diri seseorang; ekstrovert atau introvert. Energi ekstrovert tampak dari orientasi seseorang pada lingkungan diluar dirinya, sedangkan energi introvert tampak dari orientasi seseorang pada dunia dalam diri sendiri.
Sensing – Intuiting (S – N)
Indek S-N untuk mengetahui preferensi seseorang dalam menyerap informasi dari luar; sensing atau intuiting. Preferensi sensing menyerap informasi melalui kekuatan panca inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan maupun perasa. Sedangkan preferensi intuiting menyerap informasi melalui kekuatan intuisi dengan menemukan makna atau hubungan atau suatu kemungkinan yang bisa terjadi dibalik sebuah peristiwa yang dilihat.
Thinking – Feeling (T – F)
Indek T-F dirancang untuk mengetahui preferensi seseorang dalam memutuskan atau menilai sesuatu diluar dirinya; Thinking atau feeling. Preferensi Thinking memutuskan sesuatu lebih mengandalkan logika dan hubungan sebab akibat. Sedangkan preferensi feeling memutuskan sesuatu mengandalkan subjektifitas diri berdasarkan pertimbangan nilai-nilai dan kemanusiaan.
Judging – Perceiving (J – P)
Indek J-P dirancang untuk mengetahui fleksibelitas seseorang dalam berhubungan dengan dunia luar dirinya. judging merupakan tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, mengikuti alur dan berfikir dengan teratur. Sementara perceiving adalah orang yang bertindak dengan spontan, fleksibel. Orang seperti ini bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi yang mendadak [12].
Dimensi praktik keagamaan merupakan salah satu indikator untuk menentukan religiusitas seseorang. Praktik agama Islam utama adalah Sholat, Puasa, Zakat, dan Haji. Keempat amalan ini didasarkan pada dua kesaksian, yaitu meyakini keesaan Allah dan penerimaan Muhammad SAW sebagai nabi Allah. Dari empat amalan, Shalat dilakukan setiap hari, sedangkan tiga lainnya dilakukan setiap tahun — perhatikan bahwa haji dilakukan tergantung pada kemampuan seseorang (baik secara finansial maupun fisik). Namun demikian, spiritualitas seseorang harus diamati terutama dari praktik keagamaannya sehari-hari, dengan tambahan praktik tahunan. Jika seseorang menjalankan ritual keagamaan sehari-hari dengan baik, kemungkinan besar dia juga akan melakukan ritual tahunan. Dalam Islam, praktik keagamaan memiliki dua konsekuensi hukum, yaitu Wajib (wajib) dan Sunnah. Wajib mengacu pada kewajiban yang dibebankan pada individu Muslim. Jika orang tersebut tidak memenuhi kewajibannya, dia melakukan dosa. Sedangkan sunnah adalah amalan atau ritual yang jika dilakukan oleh seseorang akan membawa kebaikan bagi dirinya, namun tidak dianggap melakukan dosa jika amalan atau ritual tersebut tidak dilakukan. Karena karakteristiknya, pelaksanaan ritual wajib dan sunnah memiliki intensitas yang berbeda. Umat Islam yang taat menjalankan ibadah wajib tidak selalu patuh pada ibadah sunnah. Namun, jika seorang muslim jarang melakukan ritual wajib, kemungkinan besar ia juga akan melakukan ritual sunnah dengan buruk. Penjelasan tersebut di atas didukung oleh hasil dari faktor struktur praktik keagamaan yang dilakukan oleh remaja muslim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual keagamaan wajib memiliki karakteristik yang hampir sama. Jika remaja muslim cenderung melewatkan satu ritual wajib, kemungkinan besar ia akan melewatkan ritual wajib lainnya. Struktur tersebut juga terdapat pada instrumen IRS yang dimensi amalnya memiliki kesamaan item yaitu puasa Ramadhan dan Haji. Sedangkan materi amalan sunnah memiliki dimensi yang berbeda. [7].
Penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif ex-post facto dengan beberapa skala pengukuran sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Kepribadian menggunakan Myers-Briggs test dari Quenk (2009), relijiusitas dengan skala RRHM dari Herlina [7], pengukuran motivasi akademik dari vallerand [17]. Penyebaran kuesioner dengan purposive sampling secara online pada 47 respondent yang merupakan mahasiswa internasional ( Asia, Timur Tengah, Eropa-Amerika). Analisa data dengan korelasi, independent t test. [4]
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa Ada hubungan yang positif signifikan antara Relijiusitas dalam penelitian ini dengan motivasi akademik mahasiswa internasional di campus dunia dengan (p<0.05) Dan Nilai koefisien korelasi yaitu 0.687 yang menunjukkan bahwa korelasi antar relijiusitas dengan motivasi akademik cukup kuat. Semakin tinggi relijuisitas ibadah mahasiswa semakin tinggi motivasi akademiknya. Selanjutnya adalah uji beda dengan independent. T test, untuk melihat perbedaan motivasi akademik antara mahasiswa dan mahasiswi serta Antara bidang sains dengan soshum. Hasil uji beda motivasi akademik tersebut ialah (p>0.05) yang berarti tidak ada perbedaan signifikan motivasi akademik mahasiswa dengan mahasiswi pada penelitian ini serta Antara bidang sains dengan soshum.
Berikutnya ialah uji beda dengan Anova motivasi akademik mahasiswa antar kepribadian berdasarkan MBIT dan antar asap campus mahasiswa responden penelitian ini. Hasil uji Anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang significant Antara motivasi akademik mahasiswa dengan asal universitas ( terdiri dari mahasiswa yang berasal dari campus Asia, Timur Tengah, Eropa, Amerika) pada penelitian ini (p>0.05). Sedangkan untuk hasil uji Anova Antara motivasi akademik mahasiswa Dungan kepribadian berdasarkan MBTI pada penelitian ini ialah Ada perbedaan yang significant. (p<0.05). Penelitian ini sejalan Dungan penelitian Triyanto yang meneliti motivasi akademik orang papua bahwa factor ekstrinsik mempengaruhi motivasi akademik pelajar. Dalam hal ini pada penelitian ini adalah factor kepribadian dan relijiusitas ibadah mahasiswa. [16]. Heydar et.al juga memperkuat hasil penelitian ini yaitu keagamaan pelajar akademi perawat berkolerasi bagi motivasi akademik. Demikian dengan penelitian ini adalah bahwa relijiusitas secara signifikan berkorelasi dengan motivasi akademik mahasiswa responden penelitian ini. [8]
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan positif antara relijiusitas ibadah responden dengan motivasi akademik (p<0.05) dengan 0.687 artinya hubungan kuat. Tipe kepribadian responden mahasiswa pada penelitian ini menunjukkan ada beda yang significant dengan motivasi akademik .
Terima kasih atas support grant research competitive Dari LPPM UAI 2020