Articles
DOI: 10.21070/iiucp.v1i1.629

The Effect of Finding Nemo Film on Elementary School Students' Altruism


Pengaruh Film Finding Nemo Terhadap Altruisme Siswa Sekolah Dasar

Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Indonesia
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Indonesia
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Indonesia
Universitas Islam Sultan Agung, Semarang
Indonesia
Finding Nemo Film Elementary School Students Altruism

Abstract

Many children today lack altruism. Altruism is very important for every child to have as the nation's successor. Myers (in Sarwono, 2002 :) altruism can be defined as a desire to help others without considering one's own interests. Teaching altruism from an early age is important to children because then they can become good people in the future. Given the individualistic attitude and bullying that is increasingly prevalent among elementary school children. One of the media used in learning is film media. Film media is part of learning so that students find it easier to understand the material conveyed through the screening of the film. Films are also educational in nature that are able to entertain so that they can easily convey material to students well. The film media is still an interesting medium for children. Film media is not only interesting to watch but also has learning that is contained in it. The film finding nemo is one of the works of film that still attracts children's attention and has social learning. The participants of this study were elementary school students who were the topic of attention in this study. The data from this study are of a narrative review in the form of comparing and seeing the similarities between several previous studies. The results of several studies that have been carried out are the success of the research with increasing altruism attitudes towards elementary school students. With the research that has been carried out, it can improve the attitude of altruism which is very important for elementary school students who show social attitudes.

Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain dan tidak bisa hidup secara individual. Sebagai makhluk sosial biasanya manusia saling tolong menolong satu sama lain dalam kehidupannya. Memberikan bantuan ataupun keuntungan pada orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun dalam psikologi disebut dengan alturuisme. Di era globalisasi saat ini adalah era dimana orang kehilangan banyak sikap altruisme karena terlalu cuek terhadap lingkungan sekitar dan efek dari kemajuan teknologi yang pesat sehingga efek negatifnya orang-orang berfokus pada dirinya sendiri dan melupakan bahwa ada orang lain yang kesusahan. Altruisme merupakan lawan dari egoisme. Kalau egoisme diartikan sebagai hasrat besar untuk memperhatikan dan menyenangkan diri sendiri semata, altruisme adalah keinginan untuk menyenangkan orang lain.

Menurut Baron dan Byrne (1996) altruisme merupakan bentuk khusus dalam kaitannya dengan kepentingan orang lain, biasanya menyangkut diri sendiri dan biasanya termotivasi khusus oleh hasrat untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain agar lebih baik tanpa mengaharapkan penghargaan. Sementara itu Myers (dalam Sarwono, 2002:) altruisme dapat didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa mempertimbangkan kepentingan sendiri. Berkembangnya budaya asing juga salah satu alasan kenapa saat ini kehilangan sikap altruisme, karena mereka menerapkan pola pikir yang individualisme dan egoisme yang tinggi. Tidak bisa dipungkiri bahwa anak anak Indonesia saat ini banyak kurang dalam tolong menolong dan menganggap permasalahan orang lain adalah bukan tanggung jawabnya sehingga untuk menolong sulit sekali. Banyak anak sekarang kurang sekali mengenal apa itu tolong menolong tanpa pamrih.. Mengajarkan altruisme sejak dini itu penting pada anak anak karena dengan begitu mereka bisa menjadi pribadi yang baik di masa depan. Mengingat sikap individualis dan bullying yang makin marak dikalangan anak sekolah dasar. [3] Ada juga sebagian orang yang mau memberikan pertolongan dengan mempertimbangkan motif dalam di si penolong, misalnya untuk mengharapkan imbalan dari orang yang telah ditolong.

Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran adalah media film. Media film merupakan bagian dari pembelajaran sehingga siswa lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan melalui pemutaran film tersebut. Film juga bersifat edukatif yang mampu menghibur sehingga dapat dengan mudah menyampaikan materi kepada siswa secara baik.[5] Tujuan dari penulisan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitan ini adalah untuk mengetahui pengaruh film finding nemo terhadap alturuisme pada siswa sekolah dasar Adapun urgensi penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh film finding nemo terhadap alturuisme pada siswa sekolah dasar untuk mengingat sikap alturuisme dalam perilaku keseharian di lingkungan sekolah. Kegunaan program dari penelitian ini adalah Sebagai tambahan pengetahuan mengenai manfaat dari penayangan film finding nemo, Sebagai alternative model intervensi untuk meningkatkan sikap alturuisme melalui penayangan film finding nemo, Menumbuhkan semangat siswa di dalam kelas

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan membandingkan (synthesize) dan mencari kesamaan (compare) terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian pertama menggunakan metode one group pretest-postest sebanyak 6 siswa yang dilakukan oleh [1] dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu Pretest, Treatment dan Posttest. Pada tahap pretest dilaksanakan dengan 29 butir pernyataan kepada 31 orang siswa. Tahap ini menunjukkan hasil dua siswa berkategori rendah, dua belas siswa berkategori sedang dan tujuh siswa berkategori tinggi. Pada tahap treatment dilakukan dalam tujuh kali pertemuan yang dimulai dari membangun rapport, ice breaking dan selanjutnya pemberian pretest dengan pengisian skala. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Tahap terakhir pada penelitian ini adalah tahap Posttest. Pada tahap ini, beberapa peserta mengalami peningkatan. Peningkatan yang dialami oleh beberapa peserta diantaranya berupa keseriusan peserta dalam menonton tayangan dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan. Penelitian ini menggunakan satu kelompok eksperimen tanpa menggunakan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala empati dan pedoman eksperimen. [7] Metode non parametrik yang digunakan dalam penelitian ini mengguna- kan uji Wilcoxon yang merupakan uji non-parametrik dengan tidak mensyaratkan distribusi data normal yang digunakan untuk mengetahui keefektifan penggunaan media film untuk meningkatkan empati siswa

Figure 1.Tabel Rekapitulasi Data Siswa Kelas VII

Figure 2.Hasil Preetest Tingkat Empati Subjek Penelitian

Figure 3.Hasil Posttest Tingkat Empati Subjek Penelitian

Figure 4.Data Perdana Skor Tingkat Empati Subjek Penelitian

Penelitian kedua yang berjumlah 18 siswa dilaksanakan oleh [2] terdiri dari tiga tahap kegiatan. Tahap pertama berupa pretest terhadap 18 siswa dengan 8 siswa berkategori rendah dan 10 siswa berkategori rendah. Tahap kedua berupa posttest I yang menunjukkan adanya peningkatan, yaitu sebanyak 7 siswa memiliki kategori tinggi dan 11 siswa memiliki kategori sedang. Tahap terakhir yaitu berupa posttest II semakin menunjukkan peningkatan terhadap siswa, dibuktikan dengan 13 siswa berkategori tinggi dan 5 siswa berkategori sedang. Peningkatan rata-rata terlihat dari post test I yang mencapai 74,76% menjadi 79,29%. Dari pelaksanaan kegiatan pertama yaitu pretest terlihat bahwa kebanyakan siswa berkategori rendah dan mengalami peningkatan yaitu kebanyakan berkategori tinggi.

Figure 5.Skor Pre Test

Figure 6.Hasil Skor Post Test 1

Figure 7.Hasil Skor Post Test 2

Penelitian ketiga [4] ini menggunakan model atau strategi dengan desain penelitian one group pretest-posttest, yang dipilih berdasarkan dengan teknik Quota sampling yaitu teknik dalam menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan, ciri-cirinya adalah siswa yang terbukti memiliki sikap altruistik rendah dengan dibuktikan dengan pemberian instrument sikap altruistik serta wawancara terhadap guru wali kelas. Bentuk instrument yang digunakan adalah instrument skala likert yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data penelitian. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan dari sebelum dan sesudah pemberian treatment menggunakan Uji Wilcoxon Sign Rank Test, dimana uji tersebut dapat menunjukkan hasil dari efektifnya teknik yang di pakai oleh peneliti. Kriteria pengambilan keputusan pada uji Wilcoxon ini berdasarkan angka adalah sebagai berikut : Jika probabilitas > 0,05 maka Ha diterima, jika probabilitas < 0,05 maka H0 diterima.

Proses treatment dilakukan 6 kali pertemuan dengan waktu setiap pertemuan kurang lebih 1 jam. Sebelum memulai treatment peneliti meminta ijin kepada setiap guru mata pelajaran agar dapat mengizinkan delapan subyek untuk diberikan treatment oleh peneliti. Delapan siswa yang telah diberikan treatment (perlakuan) berupa Cinema Therapy dengan menggunakan konseling kelompok dengan teknik modelling simbolik.

Figure 8.Hasil Posttest Sikap Altruistik Siswa Kelas VII B

Berdasarkan tabel 1.1 yang telah disajikan di atas dapat dilihat jika hasil posttest siswa mengalami peningkatan skor sikap altruistik dengan kategori sedang, tinggi dengan pemberian treatment Teknik cinema therapy. Agar dapat memperjelas bahawa sikap altruistik siswa meningkat maka peneliti menyajikan pula dalam bentuk grafik 1 sebagai berikut:

Figure 9.Pretest Posttest Sikap Altruistik Siswa

Dari gambar grafik 1.1 dapat dilihat bahwa ada perbandingan skor antara hasil pretest dan posttest. Untuk hasil pretest menunjukkan kedelapan orang subjek penelitian memiliki skor rendah, sehingga diberikan perlakuan/treatment dengan menggunakan teknik cinema therapy untuk meningkatkan sikap altruistik siswa. Dapat dilihat berdasarkan grafik hasil pretest yang lebih rendah dari grafik posttest. Hal ini mempunyai arti bahwa ada peningkatan skor sikap altruistik antara sebelum dan sesudah pemberian teknik cinema therapy. Penelitian selanjutnya yang berjudul Pengaruh Film “Jembatan Pensil” Terhadap Altruisme Siswa Dasar (Studi pada Siswa SD Muhammadiyah 10 Balongbendo) dilaksanakan oleh [6] memiliki populasi sebanyak 40 orang siswa dari 2 kelas. 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas control. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuasi eksperimen dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design.

Media dari penelitian berupa penayangan film motivasi yang ditayang selama 2 jam pelajaran di kelas eksperimen sebanyak 4 kali pertemuan. Data pada penelitian menggunakan teknis analisis uji beda dengan uji statistik non parametric, yaitu Uji Mann Whitney dan Wilcoxon. Pada kelas kontrol, rata-rata hasil pretest dari 20 siswa sebanyak 1 siswa yang meraih skor terendah dengan nilai 87 dan 1 orang siswa meraih skor tertinggi dengan nilai 128. Sedangkan rata-rata hasil post test, skor terendah diraih 1 orang siswa dengan nilai 75 dan skor tertinggi diraih 1 orang siswa dengan nilai 134. Secara terperinci pada hasil altruism, sebanyak 3 orang siswa mengalami penurunan, 13 orang siswa mengalami peningkatan altruisme dan sebanyak 4 orang siswa tidak mengalami perubahan.

Pada kelas eksperimen, dari 20 siswa rata-rata nilai pretest terendah diraih 107 sebanyak 1 orang sedangkan rata-rata nilai pretest tertinggi diraih 137 sebanyak 1 orang. Untuk rata-rata hasil nilai post test dari 20 siswa yang terendah diraih dengan nilai 106 sebanyak 1 orang dan nilai tertinggi yang diraih adalah 148 sebanyak 1 orang siswa. Secara rinci terjadi penurunan nilai pada 1 orang siswa, peningkatan nilai pada 14 orang siswa, dan yang tidak mengalami perubahan nilai pada 5 orang siswa. Peningkatan nilai terjadi pada kedua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Akan tetapi peningkatan nilai yang lebih tinggi terjadi di kelas eksperimen dengan nilai 0,87 kategori tinggi, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,43 dengan kategori sedang.

Pada penelitian keempat ini menunjukkan beberapa kesimpulan, yaitu tidak adanya perbedaan yang signifikan pada hasil nilai penelitian antara kelas yang menggunakan media pembelajaran maupun tidak (pre test); terjadinya perbedaan terhadap hasil nilai penelitian yang tidak menggunakan media pembelajaran sebelum dan sesudah perlakuan (pre – post test); adanya perbedaan terhadap hasil nilai di kelas yang menggunakan media pembelajaran sebelum dan sesudah perlakuan (pre – post test); adanya perbedaan signifikan terhadap hasil nilai penelitian antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran setelah perlakuan (post test); adanya perbedaan siginifikan terhadap peningkatan hasil nilai penelitian antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran.

Kesimpulan

Dengan keberhasilan yang tinggi dari penelitian-penelitian sebelumnya, dapat terlihat bahwa sikap alturuisme pada siswa SD saat ini berkategori rendah dan diperlukannya penanganan yang serius terhadap permasalahan ini. Sikap alturuisme sangat diperlukan untuk dimiliki oleh penerus bangsa sejak dini, yaitu kalangan siswa SD. Tidak hanya harus dimiliki, akan tetapi juga harus dikembangkan demi terciptanya sikap alturuisme yang tinggi. Peningkatan terhadap sikap alturuisme yang dimiliki siswa berupa adanya perasaan mengerti atau yang biasanya disebut dengan peka terhadap orang lain di lingkungan sekitar siswa. Hal ini sangat penting disebabkan sebagai makhluk sosial harus memiliki sikap saling mengasihi antar sama lain. Dengan menggunakan metode berupa penayangan film ini dapat memberikan efek tidak bosan dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan. Film yang ditayangkan juga memiliki aspek-aspek yang mendukung peningkatan dari sikap alturuisme itu sendiri.

Ucapan Terimakasih

Kami dari peneliti pada penelitian ini mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak PKM 2020 dan Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung atas dukungannya dalam pendanaan penelitian ini, terimakasih banyak kepada dosen pembimbing, peneliti-peneliti sebelumnya, keluarga kami, dan teman-teman kami yang telah membimbing dan mendukung kami tiada hentinya.

References

  1. Auliyah, Alan, dan Elia Flurentin. “EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA.” Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 2016: 19-26.
  2. Destiyana, Ela. “Upaya Meningkatkan Sikap Empati Melalui Metode Storytelling Pada Siswa SD Negeri Caturtunggal 3 Depok.” Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2016: 251.
  3. Dwiputri, Agustine. kompas.com. 17 Juli 2011. (diakses November 12, 2018).
  4. Maretha, Tresyana, Romia Hari Susanti, dan Eva Kartika Wulan Sari. “Keefektifan Teknik Cinema Therapy Untuk Meningkatkan Sikap Altruistik Siswa Kels VIII Di SMPN 1 Gondanglegi Kabupaten Malang.” Jurnal Konseling Indonesia, 2020: 54-61.
  5. Mashudi, Didik. Surya.co.id/jatim raya. 3 Februari 2018. (diakses November 12, 2018).
  6. Pratiwi, Ria Ayu Cahyaning, dan Sayidah Auliaul Haque. “Pengaruh Film "Jembatan Pensil" Terhadap Alturuisme Siswa Dasar (Studi pada Siswa SD Muhammadiyah 10 Balongbendo).” PSISULA: Prosiding Berkala Psikologi , 2019: Vol. 1.
  7. Seniati, Liche, Aries Yulianto, dan Bernadette N. Setiadi. Psikologi Eksperimen. 4. Jakarta: Indeks, 2017.